Akhir-akhir ini mungkin kita sering mendengar bahwa kemampuan literasi orang Indonesia kurang. Sebelumnya kita cari tahu dulu apa itu literasi. Menurut wikipedia literasi adalah istilah umum untuk seperangkat kemampuan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah. Sementara menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) dalam aplikasi Android yang dirilis Kemendikbud, literasi adalah kemampuan membaca dan menulis.
Dalam dua pengertian Literasi diatas, menulis dan membaca merupakan aspek literasi. Dimana keduanya sangat berkaitan erat. Selain sebagai kemampuan dasar manusia, menulis dan membaca bisa dikatakan sebagai hasrat alami manusia. Manusia memang sering mencari informasi ataupun memberikan informasi, dan salah satu cara utama berkomunikasi adalah dengan menulis dan membaca. Kemampuan tersebut tentulah sangat penting sekali bagi kita. Bahkan kita telah diajari bagaimana menulis dan membaca yang baik setidak-tidaknya sejak sekolah dasar (SD). Seringkali kita diberi tugas untuk membuat cerita misalnya pengalaman saat liburan. Jangankan untuk isi ceritanya, seringkali kita merasa kesulitan menentukan tema dan judul. Sehingga tak heran jika literasi kita dianggap rendah. Di SMP kita mulai mempelajari bahasa Indonesia yang lebih kompleks, seperti kalimat yang sesuai dengan PUEBI (dulu EYD), menganalisa bacaan hingga membuat karya berupa puisi atau cerpen. Pelajaran Bahasa Indonesia memanglah tidak mudah, bahkan sangat jarang sekali ada yang dapat nilai sempurna di pelajaran ini. Mungkin hal-hal tersebut membuat kita kurang tertarik mempelajari bahasa yang akhirnya menurunkan kemampuan literasi kita. Banyak alasan yang membuat kita merasa malas untuk mulai menulis, salah satunya takut salah menggunakan bahas Indonesia sehingga tak sesuai PUEBI.
Fakta bahwa literasi kita dianggap sangat kurang, memang sangatlah miris. Karena sekurang-kurangnya kita belajar Bahasa Indonesia selama 12 tahun (SD, SMP, SMA). Sebenarnya, jika melihat tulisan-tulisan orang Indonesia di sosmed seperti status di Facebook, caption instagram, ataupun thread di Twitter sangatlah baik dan kreatif. Namun mereka memang lebih suka menulis di kolom-kolom sosmed seperti itu, selain lebih bebas juga lebih banyak yang membaca. Cara tersebut bisa jadi merupakan salah satu bentuk penerapan literasi yang efektif. Dimana kita bisa membaca dan menulis disana. Namun memang kolom-kolom tersebut memiliki keterbatasan, misalnya dari segi banyaknya karakter. Untuk mengatasinya kita bisa menggunakan blog, sebagai media menulis. Meskipun mendatangkan pembaca ke blog memang bukanlah hal mudah. Tapi jika tulisannya dianggap bermanfaat maka akan sangat banyak yang berkunjung dengan sukarela. Blog mungkin sekarang telah tergantikan dengan vlog. Namun blog tidak akan kehilangan peminatnya. Kareana membaca dan menulis merupakan hasrat alami manusia. Dengan blog juga kita bisa bebas menulis dan membagikan ide dan pikiran kita yang sekiranya bermanfaat. Dengan blog, dua kemampuan ini (menulis dan membaca) bisa diasah. Kita bisa meningkatkan kemampuan dengan menulis artikel di blog kita, juga membaca artikel blog orang lain. Karena untuk bisa menulis dengan baik kita juga harus bisa membaca dengan baik. Sayangnya saya tidak memiliki kemampuan yang cukup baik pada keduanya, sehingga kemampuan literasi saya memang kurang. Blog juga lebih bebas, kita tak perlu takut disalahkan jika Ternyata tata bahasa yang kita gunakan kurang baik. Tak seperti saat sekolah yang mungkin harus menulis kalimat sesuai kaidah-kaidah tertentu. Setidaknya untuk memulai meningkatkan kemampuan menulis ini sangat baik. Karena atmosfer menulis di sosmed dan blog tentu berbeda. Di blog ketika menulis kita cenderung menggunakan tata bahasa yang lebih tertata. Sehingga sedikit demi sedikit kemampuan menulis akan lebih baik, dan kita bebas menulis pikiran dan opini kita (selama tidak merugikan orang lain tentunya). Dengan cara ini kemampuan literasi kita bisa terasah. Jadi, bagi kalian yang ingin meningkatkan literasi khususnya kemampuan menulis, langsung saja buat blog sekarang.